Wednesday, September 9, 2015


Eksodus Warga Suriah


YOPI MBO – Berita dunia sepekan ini diramaikan gelombang eksodus pengungsi Suriah ke daratan Eropa dan pengiriman pasukan ekspedisi Rusia di Suriah. Pengiriman pasukan darat ini untuk menyiapkan kedatangan pasukan udara yang akan melenyapkan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan kelompok takfiri.
Ini bisa menjadi kabar baik bagi rakyat Suriah yang selama empat tahun dihantui kekejaman takfiri terutama ISIS. Kedatangan pasukan Rusia menjadi harapan baru untuk bisa membangun kembali rumah mereka yang porak poranda dan menata kehidupan secara normal.
Lenyapnya takfiri di bumi Suriah, merupakan harapan sebagian besar warga Suriah untuk bisa melanjutkan pendidikan anak mereka setelah empat tahun putus sekolah. Sebagian warga Suriah senang mendengar kabar kedatangan pasukan Rusia. Mereka merayakannya sebagai tanda harapan munculnya cahaya kedamaian setelah kegelapan dan suasana horor melingkupi atmosfer negara itu.
Akan tetapi tidak semua orang senang dengan berita ini. Bagi takfiri, kedatangan serdadu Rusia menjadi malapetaka besar. Tentu mereka berfikir, ladang minyak yang telah mereka rebut dari tentara Bashar Al Assad bakal jatuh ke tangan Kremlin. Alih-alih hendak berkuasa menggantikan Assad di tanah Suriah dan menjadi agen kepentingan Amerika Serikat serta Israel, sekedar mempertahankan wilayah yang telah direbutnya menjadi sulit.
Tak hanya takfiri yang mendapat kabar tidak mengenakkan itu, jauh di belahan daratan Amerika, Obama sangat marah jika pasukan takfiri dan ISISnya akan diserang pasukan beruang merah. Obama pun buru-buru memerintahkan Menteri Luar Negeri John Kerry untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov. Obama minta Kerry untuk memperingatkan Kremlin agar jangan turut campur dalam koalisi pimpinan AS memerangi ISIS di Suriah.
Mengapa AS gusar atas kedatangan pasukan Rusia di Suriah jika serangan koalisi memang bertujuan untuk membasmi terorisme di Suriah? Kepada Lavrov, Menlu Kerry mengatakan kedatangan pasukan Rusia di Suriah akan menyebabkan gelombang pengungsi ke Eropa semakin besar dan bisa menewaskan lebih banyak warga tidak bersalah.
Tampak hal itu sebagai saran yang sarat pesan kemanusiaan. Rupanya saran yang terkesan manusiawi itu tak membuat Moskow bergeming. Belakangan Kerry mengancam, penempatan pasukan Rusia di Suriah bisa menjadi resiko konfrontasi dengan koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat di Suriah.
Masyarakat dunia di era digital dengan kecepatan arus informasi tidak semuanya bodoh dengan alasan yang mengada-ada itu. Sebagian masyarakat dunia sudah mengetahui jika teroris takfiri termasuk ISIS buatan AS.
Mengapa Kerry mengatakan kepada Rusia ika membunuh teroris akan meningkatkan gelombang pengungsi? Bagaimana alur berfikir Kerry yang mengatakan membunuh para pembunuhnya warga Suriah akan menyebabkan lebih banyak orang untuk meninggalkan negara itu?
Para analis menyebutkan, serangan koalisi anti-ISIS pimpinan AS ke Suriah sebagai alibi untuk memasok logistik takfiri. Ketika alat-alat perang AS dijatuhkan ke ISIS dan takfiri lainnya, diharapkan bisa digunakan teroris menyerang rumah sakit, sekolah dan universitas. Dengan alat perang pemberian AS, takfiri bisa menculik dan memenggal kepala warga yang tidak bersalah dan meneror seluruh negeri Suriah. Tujuannya agar warga Suriah meninggalkan negara itu, sehingga kredibiltas pemerintahan Assad menjadi hilang akibat hilangnya dukungan warganya. Sebagaimana diketahui, sebagian besar warga Suriah hingga saat ini mendukung kekuasaan Assad.
Ancaman John Kerry ke Rusia baru-baru ini membuka kedok AS. Kini selimut kabut peran AS balik perang sipil Suriah menjadi tipis. Peringatan Kerry membuat semakin jelasnya peran AS atas keberadaan teroris takfiri dan ISIS